Qian Hongyan, Si Gadis "Bola Basket"
Qian Hongyan, Si Gadis "Bola Basket"
Tanggal : 13-Januari-2014, oleh: Ms , category : Inspirational People
Jalan hidup seorang gadis dari China yang kehilangan separuh anggota badannya menjadi lebih berarti berkat bola basket.
Pernahkah Anda membayangkan seseorang tanpa dua kaki bisa bermain basket? Orang dengan dua kaki utuh saja belum tentu bisa. Namun, seorang gadis bernama Qian Hongyan (16) bisa melakukannya.
Bukan hanya basket, gadis kecil yang tak memiliki pinggul dan sepasang kaki ini piawai berenang dan senam. Di antara banyak olahraga tersebut, Qian paling piawai berenang. Karena kemampuannya itu, Qian Hongyan tergabung dalam tim nasional renang Cina.
Qian, demikian ia biasa dipanggil, tidak cacat sejak lahir. Ia kehilangan sebagian tubuhnya ketika berumur tiga tahun. Tahun 2000 adalah tahun naas bagi gadis kecil asal Kota Luliang, Propinsi Yunnan, China itu. Di usianya yang baru tiga tahun, sebuah kecelakaan lalu lintas menimpanya.
Akibat kecelakaan itu, ia harus kehilangan dua kaki dan pinggulnya. Dokter terpaksa mengamputasi kedua kaki dan pinggulnya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Sungguh berat cobaan yang harus diterima Qian. Di saat anak seusianya berlarian, ia hanya bisa melihat. Karena miskin, keluarganya tak sanggup membelikan kaki palsu untuk membantu Qian kecil berjalan. Namun, keluarganya menyadari Qian butuh alat bantu agar leluasa bergerak. Mereka pun memutar otak dan mencari jalan untuk memudahkan gerak Qian. Akhirnya ditemukan alat bantu yang sangat sederhana : bola basket.
Bola basket dipotong separuh dan diletakkan di bawah tubuh Qian. Agar tidak terlepas dari tubuh, bola basket itu diikat dengan tubuh Qian menggunakan kain.
Bola basket itu digunakan untuk menopang tubuh Qian. Ia berjalan dengan mendorong tubuh yang ditopang bola basket itu dan kedua tangannya memegang kayu penyangga yang membantunya bergerak dan menyeimbangkan langkahnya.
Dengan alat bantu itu, Qian bisa mandiri. Ia bisa melakukan kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain.Dengan keadaannya, Qian tetap tersenyum. Ia nyaris tidak pernah mengeluh atas takdir yang menimpanya.
Ia pun tidak resah ketika orang di sekitarnya menjuluki dirinya sebagai gadis bola basket. Dia memandang masa depan dengan optimis dan selalu bersemangat.
Tetap Semangat
Meski dalam kondisi tidak normal, Qian tetap bersemangat pergi ke sekolah. Ia pulang pergi sendiri dengan bola basket dan penyangga kayunya. Ia menyusuri jalan menuju sekolahnya yang berada di desanya. Untuk ukuran anak normal, mungkin jarak tempuh itu tidak jauh. Tapi untuk ukuran Qian yang harus menyeret tubuhnya, jarak itu terhitung jauh. Namun, ia acuh dengan itu. Ia tetap bersemangat pergi ke sekolah.
Ia berusaha mengaktualisasikan dirinya. Meski cacat, ia ingin berprestasi dan olahraga menjadi pelariannya. Awal ketertarikan Qian terhadap olah raga berawal dari ketidaksengajaan. Ceritanya, suatu saat orangtuanya mengikutsertakan Qian dalam terapi basket untuk meningkatkan daya tahan mental dan fisiknya.
Ternyata, terapi itu berhasil. Sejak itu, Qian tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Dia tidak pernah minder dengan kekurangannya. Hidupnya dipenuhi hasrat untuk berprestasi.
Bukan hanya mentalnya yang kuat, ia pun akhirnya lihai bermain basket. Meski tak memiliki sepasang kaki, Qian kecil sangat lincah di lapangan. Penampilan Qian bermain basket di lapangan sangat mengharukan tapi sekaligus memukau. Tak ketika tampil di lapangan, kamera wartawan lebih sering menyorotnya.
Mengetahui pemberitaan itu, seorang gadis yang berjalan dengan bola basket dan lihai bermain basket, sekelompok dokter dari China terharu dengan semangat yang luar biasa itu. Akhirnya, mereka membuatkan sepasang kaki palsu untuk Qian.
Tahun 2005, Qian mulai berjalan menggunakan kaki palsu. Qian mengaku senang dengan sepasang kaki palsunya, namun ia mengaku lebih suka menggunakan separuh bola basketnya untuk naik dan turun ke kolam renang. Menurutnya, bola basket lebih memudahkan geraknya ketika di kolam renang.
Perenang Hebat
Pada Mei 2007, digelar Olimpiade Anak Cacat di Kunming, China. Qian sangat menyukai acara itu itu. Ia tak pernah absen datang dan menyaksikan olimpiade itu. Ia melihat kekuatan dan kegigihan kaum difabel dalam bertanding. Ia pun terinspirasi.
Setelah perhelatan itu selesai, Qian memutuskan untuk bergabung dengan klub renang khusus. Diantar kedua orang tuanya, ia pergi berkonsultasi pada Zhang Honghu, pelatih yang dikenal telah banyak mencetak juara atlet renang difabel. Zhang Honghu pun menerima Qian. Sejak saat itu, dimulailah babak baru kehidupan Qian.
Di klub renang itu, ia mulai belajar berenang, sesuatu yang tak bisa ia lakukan selama ini. ”Qian Hongyan belajar sangat keras. Ia tak pernah mengeluh selama latihan meskipun ia menghadapi banyak sekali kesulitan di awal-awal,” ujar Zhang Honghu.
Awalnya, Zhang tak banyak menaruh perhatian pada Qian. ”Qian tak punya kaki. Itu ibarat kapal yang tak punya nahkoda. Kapal itu tidak mungkin dapat berjalan baik sesuai aturan,” ujar Zhang. Di sisi lain, Zhang terus mencari solusi. Akhirnya, Zhang menemukan cara. Ia pun membuat latihan khusus untuk membantu Qian menyeimbangkan bahunya.
Qian pun berenang sekira 2000 meter tiap hari. Berlatih dan berlatih, itu yang selalu ia lakukan. Dalam kurun waktu relatif singkat, Zhang dikejutkan dengan kemajuan Qian.
Zhang terkejut bahwa anak yang ia ragukan selama ini ternyata memiliki bakat renang yang hebat. ”Qian adalah perenang yang sangat baik. Namun, sangat melelahkan mengajarinya. Butuh waktu lama dan harus mengulang latihan setiap hari,” jelas Zhang.
Zhang tak yakin Qian dapat menjadi juara dunia. ”Tapi saya dapat mengatakan kalau Qian adalah perenang yang menjanjikan,” ungkap Zhang. ”Keinginan besar kami ialah melatih mentalnya. Kami berharap ia memiliki sifat dan sikap positif dalam menjalankan kehidupan,” tambah Zhang.
Qian tak pernah patah semangat. Semangat juangnya yang tinggi diiringi latihan rutin membuat Qian menembus pelatnas tim renang Cina.
(Sumber : nyata.co.id)